SELAMAT DATANG TEMAN!

Senin, 09 November 2009

Perhatian bagi Indonesia

Jika situasi ini semakin berkepanjangan, maka situasi di kawasan Asia Tenggara akan semakin tegang, dan ini bisa membawa dampak pada ketegangan di bidang ekonomi, perdagangan dan pasar modal. Sehingga akan tercipta situasi dan kondisi yang tidak aman di kawasan Asia Tenggara, yang pada perkembangannya bisa menjalar ke kawasan Asia Pasifik.

Rekomendasi Menhan RI Juwono Sudarsono untuk mengundang serta Cina, Jepang dan Korea Selatan, harus dibaca sebagai upaya untuk menciptakan keseimbangan politik dan keamanan regional dengan mengakomodasikan kepentingan strategis Amerika, Cina dan Jepang yang semakin menajam.

Dampak lain yang perlu diperhatikan adalah, kemungkinan meningkatnya radikalisme dari kelompok-kelompok Islam garis keras yang sebenarnya berskala kecil dan minoritas, namun seakan bisa membesar karena adanya provokasi kehadiran militer Amerika di kawasan ini. Bahkan juga bisa memicu manajamnya radikalisasi kelompok Islam yang tidak puas dengan politik Amerika seperti di Timur Tengah, Afghanistan, dan sebagainya.

Bahkan separatisme di Filipina Selatan dan Thailand Selatan pun bisa saja berkobar kembali dengan dalih sebagai reaksi nasionalistik terhadap arogansi dan ambisi imperium Amerika.

Namun terlepas dari itu, ada suatu kecenderungan baru yang terlihat dalam Dialog Pertahanan Asia Pasifik 3 Juni lalu. Bahwa pada umumnya negara-negara Asia bersepakat dan sepaham bahwa Cina tidak dianggap sebagai ancaman serius secara militer sebagaimana menjadi kekhawatiran Amerika Serikat dan Jepang, kecuali sekadar sebagai tantangan di bidang ekonomi dan perdagangan.

Apapun alasan dan pertimbangannya, mau tida mau sikap ini bisa dibaca sebagai adanya solidaritas ke-asiaan(The Spirit of Asianess) di sebagian besar negara-negara Asia. Minimal mereka memulai dengan adanya satu pandangan dan penilaian bahwa Cina saat ini bukanlah ancaman serius bagi Asia, kecuali Jepang yang hingga kini masih terikat persekutuan militer dan keamanan dengan Amerika.




Penulis adalah Direktur Eksekutif Indonesia Future Institute(IFI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar