SELAMAT DATANG TEMAN!

Senin, 02 November 2009

Reorganisasi

Pagi senja terasa sejuk mewarnai beberapa Desa di Kecamatan Sempor. Nampak seorang gadis putri berjilbab putih sedang memakai sepatu roda, yang sudah didasari dengan sepatu. Sejenak melirik jam tangan sudah menunjukan pukul 05.15.
Usai sudah memakai sepatu roda. Langsung saja berselancar menuju pintu pagar besi beroda yang sudah terbuka lebar. Bagasi berisikan mobil Avanza yang menghimpit dua buah motor ditinggal begitu saja.
Langkahkahnnya melewati jalan raya yang menuju waduk Sempor. Tepat pada jembatan sekaligus perempatan strategis untuk menuju ke seluruh Desa di Kecamatan Sempor, dimana disitu terdapat Supermarket di Kecamatan Sempor bernama Alfamart membelokan arah. Sempat pula langkahnya melewati salah satu rumah dokter yang onlane buka praktek, sekaligus pemilik Rumah Sakit Sederhana, kembali membelokan diri menuju Desa Kalibeji.
Mulailah mengayuhkan sepatu roda penuh hati-hati di sebabkan banyak anak kecil dan para ibu-ibu menggendong anaknya dengan asyik berjalan-jalan menghiasi jalan. Sesekali di iringi dengan berbagai gaya melompat untuk menghindar dari dekokan aspal berbagai jenis ukuran. Sempat pula cipratan air tercipta, dari hasil pengendaraan sepatu roda yang melewati genangan air dalam dekokan aspal rusak.
Selesai sudah melewati jembatan penghubung sekaligus batas antara Desa Jatinegara dengan Desa Kalibeji, serta memasuk ke gang kecil. Hampir sampailah pada tempat temannya yang dituju. Berpetualang mengendarai sepatu roda berakhir, setelah melewati gang kecil guna menuju rumah seseorang rekannya yang berdiding setengah tembok dan setengahnya lagi berupa bilik.
“Assalamu’alaikum,” salam seorang gadis pengendara sepatu roda yang sudah berada di tempat yang dituju. Tepat di depan pintu Gadis tersebut mengetuk pintu. Dengar sadar pula kalau ia membaca satu-satunya stiker yang menghias pintu bertulisan “Masuk tanpa permisi, keluar tanpa kepala.”
Sejenak gadis itu tersenyum melihat tulisan pesan yang tertempel di pintu. Dan kini berlanjut mengelap sepatunya yang sedikit kotor dengan kesed yang ada didepan pintu.
“Assalamu’alaikum!” salam seorang gadis pemakai baju olahraga berlengan panjang , serta berwarna biru itu.
Masih dalam terkondisikan membersihkan sepatu, hampir saja terjatuh karena keseimbangan memakai sepatu roda kurang terkontrol, sampai tanpa sengaja mendorong pintu rumah depan yang tidak terkunci. Hingga pintu terbuka lebar terdengar samar-samar lantunan ayat suci Al Qur’an dari ruangan tertentu.
“Assalamu’alaikum!” untuk ke tiga kalinya gadis itu memberikan salam.
Lantunan suara yang sudah dapat di ketahui siapa pelantunnya mendadak terhenti.
“Walaikum salam Yu!” balas Dede yang sempat melonggok dari salah satu pintu kamar, lalu berjalan menghampiri Rahayu sambil memegangi mukenah agar tidak kedodoran. Lalu bersuara khas logat lucunya,”Loh! Kenapa buka pintu tanpa ijin dahulu?”
“Nggak sengaja De! Aku hampir saja terjatuh. Akhirnya terdorong pintu rumahmu,” terang Rahayu sekaligus memasang raut wajah sedikit ketakutan.
Dede yang membaca raut wajah Rahayu dengan ekspresi sedikit ketakutan menjadikan tanda tanya,”Kenapa Yu?”
“Aku khawatir pesan yang ada di pintu itu terjadi pada diriku,” jawab Rahayu.
Spontan Dede tertawa dengan khas lucunya yang biasa Rahayu lihat, setelah melihat apa yang dimaksud oleh Rahayu tentang stiker yang tertempel di pintu bertuliskan’ Masuk tanpa permisi, keluar tanpa kepala’,”Ya ampun Yu. Itukan hanya bercanda! Ini yang masang adikku. Dia memang suka usil.”
Dengan cekatan Dede langsung mengletek stiker yang terpasang di pintu, lalu meremas-remas stiker itu, hingga akhirnya melempar ketempat sampah terdekat.
Rahayu pun tersenyum, karena berhasil dengan tingkahnya berpura-pura takut, membuat Dede memasang tingkah lucu ketika mengkletek stiker itu. Bagi Rahayu, pesan sejenis itu merupakan pesan yang kurang beretika.
Dede melihat bagian paling bawah apa yang dikenakan Rahayu,”Wah, wah, wah, kamu pakai sepatu roda! Hebat sekali. Kapan jalan arah kesisni diperbaiki yah? Sampai kamu bisa melewatinya. Setahu aku jalan kesini agak rusak,” ledek Dede.
Yang memang sepengetahuan Dede kalau jalan menuju rumahnya rusak berupa banyak lubang di aspal.
“Ini salah satu kelebihan ku,”nada Rahayu dengan percaya diri. Kemudian berubah dengan nada setengan menyuruh,”Sudahlah jangan meledek De. cepat ganti pakaian. Kita berangkat.”
“Oke!” Dede menuju kamarnya dengan sembari sedikit melompat-lompat.
Dalam hitungan menit Dede sudah berubah seperti atlet berjilbab. Langsung saja mereka melangkah ke jalan raya yang menuju ke waduk Sempor.
Melangkah cukup santai. Meski ada perbedaan alas kaki mereka. Namun tidak menampilkan kecanggungan dari kedua remaja itu. Tetap terkesan serasi.
Langkahnya sudah sampai pada jalan raya yang menuju waduk Sempor. Nampak beberapa pelari dari berbagai arah menuju waduk. Juga ada yang memakai sepeda. Dan ada pula pengendara motor.
Setelah sampai di jalan raya kadang Rahayu meninggalkan Dede beberapa langkah agar leluasa memainkan sepatu roda dengan berbagai atraksi.
“Yu! Jangan cepat-cepat Yu!” pinta Dede yang memang sudah tertinggal bebepa meter.
Mendengar pinta Dede, Rahayu langsung mengerim sepatu roda dalam posisi membalikan badan, yang awalnya membelakangi Dede dengan salah satu gaya dalam bersepatu roda. Lalu meledek,”Ayo De! Cepat!”
“Ahh! Curang kamu pakai sepatu roda!” keluh Dede yang semakin mendekat ke Rahayu.
Rahayu tertawa ringan. Dede sersengal-sengal tepat di depan Rahayu yang sudah menyamai jarak.
Dede sering memuji Rahayu, yang memang mulai sampai jalan raya sering melakukan beberapa gaya dengan sepatu roda. Sampai-sampai masuk Alfamart yang sekedar membeli air mineral dan makanan ringan untuk sekedar melepas dahaga oleh Rahayu, yang disebabkan hasil petualangannya melewati jalan penuh rintangan menuju rumah Dede, sekaligus untuk mengganjel perut untuk melanjutkan langkahnya menuju waduk Sempor.
”Yu! Kamu memang hebat! Coba kamu melakukan bersepatu roda dengan menggendong aku,” puji Dede
“Siapa takut!” Rahayu langsung membalikan badan untuk menawarkan pundak ke Dede,”Ayo De, naik.”
Masih dalam sengalan nafas Dede terbengong,”Serius!”
“Iya.”
“Kalau jatuh?”nada Dede seolah tidak percaya.
“Ya jatuh bareng!”terang Rahayu,”Tenang saja, aku biasa melakukan ini bersama adik angkatku di Senayan.”
“Adik angkat? Di Senayan?”
“Iya. Ayo naik kepunggung,” perintah Rahayu.
Seolah mendapat kepastian, Dede langsung naik ke punggung Rahayu.
Di bawanya Dede dengan kecepatan di atas kecepatan pelari ringan. Hingga beberapa pelari yang terlewati melompong ke arah Rahayu yang menggedong Dede. Dede dan Rahayu menjadi pusat perhatian bagi para pelari ringan dari berbagai arah yang ada di jalan menuju waduk Sempor.
“WAAA...!” teriak Dede. Yang tidak menyangka kalau Rahayu akan mempercepat langkah. Dan semakin cepat.
“Yuu! Berhenti! Aku takuuut...!” tanpa sadar Dede mengeluarkan nada setengah berteriak, karena terlalu takutnya.
Sesuai perintah Dede, Rahayu langsung memperlambat kecepatan dengan cara memutar-mutar ditengah jalan, pas kebetulan tidak ada kendaraan maupun pelari yang berada disekitar itu. Dan akhirnya mengerim.
Dede sedikit pusing atas kelakukan Rahayu yang lumayan gila untuk ukuran cewek. Rasanya seperti habis naik Tornado di Dufan.
Dede sudah turun dari punggung Rahayu. Walau kejadiannya hanya satu menit, namun sangat mengesankan bagi Dede.
“Gimana Yu? Mau lagi,” tawar Rahayu.
Dede menggeleng kepala.
“Gimana kalau kamu sekarang belajar naik sepatu roda?” tawar Rahayu lagi.
Dede kembali menggeleng kepala.
“Lebih baik jalan santai saja Yu,” ajak Dede yang sembari memegang kepalanya guna berusaha menenangkan diri untuk meredakan pusingnya.
“Iya, iya.”
Sambil melangkah menuju arah ke waduk Dede kembali memuji,”Ternyata bukan hanya wonder women atau Olga saja yang bisa bergaya di atas sepatu roda.”
Rahayu tersenyum.”Hernina Savitri itu saingan ku De.”
“O, yah!” takjub Dede.
”Ya nggak lah. Bercanda,” senyuman Dede melebar.
“Oh iya Yu! Ada baiknya adegan tadi di rekan dalam HP kamu, untuk di promosikan di sebuah atarksi seperti, mmm, seperti di pasar malam!” cetus Dede.
Rahayu manyun,”Emangnya aku seperti pemain atraksi pasar malam?”
Kini Dede yang tersenyum, lalu mencetuskan sesuatu,”Gimana kalau di pamerkan ke teman remaja Masjid nanti. Siapa tahu kamu dijadikan ketua seksi olah raga. Dan gayamu itu bisa di tularkan teman yang lain. Yah, sekedar untuk membuat suasana baru di sini. Waah! Jadi ada suasana baru di Desa.”
“Kalau latihan di sini mau kecebur dikali!” terang Rahayu.
Keterangan Rahayu memang benar. Kalau melihat di sebelah kanan jalan terdapat kali dan di sebelah kiri jalan terdapat sawah.
Dengan perkataan Rahayu barusan, membuat keyakinan Dede bertambah kalau Rahayu sering latihan di Senayan, saat nama ‘Senayan’ disebut.
Tanpa di duga, suara dari belakang yang semakin mendekat dengan cepat hadir,”misiii...Nooon!”
Dede dan Rahayu terkesimak meyaksikan seorang remaja menaiki sepeda sambil berdiri di atas jok dengan cepatnya. Setelah remaja itu menengok ke arahnya, dapat di ketahui dengan jelas kalau itu adalah Tikno. Awalnya, mereka juga sudah dapat mengetahui siapa yang mengendarai dari jenis sepeda yang di pakai.
“Aku do’akan agar kamu jatuh Tik!” teriak Rahayu ke Tikno.
Tikno hanya menjulurkan lidah.
“Waah! Kayaknya Tikno juga dapat dijadikan ketua seksi olah raga,” nada Dede pura-pura takjub,”kamu akan dapat saingan Yu!”
Sambil sedikit manyun Rahayu melirik Dede.
Tanpa dirasa, mereka sudah sampai pada gerbang karcis tempat pintu masuk rekreasi. Dimana, disitu sudah terdapat banyak remaja yang biasa mengurusi pengajian masjid, serta lokasi yang penuh dengan taman dan beberapa kursi terbuat dari batu yang mendekorasi.
“Hallo Yu! Hallo De!” sapa Sidik sok ramah, yang menyaksikan kehadiran Dede dan Rahayu semakin mendekat.
“Hallo Yu! Hallo De!,”nada Rahayu sambil sedikit cemberut,“Bukannya Assalamu’alaikum.”
“Alaaah, begitu saja marah. Harusnya kamu duluan yang salam,” ledek Sidik.
Rahayu sejenak mengamati remaja yang seolah yang pernah melihatnya di suatu tempat dengan mencoba menebak,”Mmm...kamu kan?”
Belum selesai bicara remaja itu langsung memotong,”Oh, ya. Aku Alim.”
Rahayu ingin melanjutkan pembicaraan ke remaja yang baru Ia kenal bernama Alim, tapi Alim keburu acuh dengan berkata ke Dede,”Hallo De. Apa kabarnya.”
“Baik,” singkat Dede.
Di situ juga terdapat beberapa remaja lain. Termasuk Tikno.
“Oh iya Yu, kamu belum kenal sama inikan,”ajak Dede untuk mendekat kepada remaja yang terkesan tegas,”ini namanya Farid. Dia kenal kakakmu loh!”
“Ooh, begitu yah,” singkat Rahayu sambil mendekatkan sepatu rodanya ke Farid. kemudian menyinggung Tikno yang berada di sebelah salah satu remaja, yang masih di atas sepeda,”asalkan Aku jangan di kenalkan dengan anak itu, tu.”
“Hai semua! Lagi pada kumpul yah!” setengah teriak seorang gadis yang menaiki sepeda motor semakin mendekat kepada mereka.
“Dari waduk ya Fit?” tanya Rohim, salah satu remaja dari mereka tepat disamping Tikno yang dalam terkondisikan duduk di sebagian bangku terbuat dari batu.
“Dari arahnya kan pasti sudah tahu kan?” balik tanya Fitri ke Rohim.
Fitri langsung mengobservasi sejumlah wajah-wajah yang tidak asing baginya, kecuali Rahayu yang memang belum lama ini di kenal. Seolah Fitri lagi mencari sesuatu.
“Ada apa Fit?” tanya Dede.
“Katanya kamu mau bawa teman baru Dik?” Fitri bertanya ke Sidik.
“Oooh...Dia tidak Aku ajak kesini, nanti pas reorganisasi juga datang,” tandas Sidik.
“Namanya siapa Dik?” tanya Dede.
“Namanya Arya,” Jawab Sidik.
Langsung saja Tikno mengganti topik pembicaraan,”Kira-kira nanti siapa yah yang jadi ketua?”
“Aku yakin Farid,” kata Fitri yakin, yang berada di atas motor.
Farid yang dijagokan Fitri hanya menampilkan ekspresi wajah biasa.
“Kalau aku mendukung Rohim,” kata Alim sambil menunujuk orangnya.
“Apa? Aku!” Rohim seolah takut mendengar kata ketua untuknya.
“Kalau kamu yang menjadi ketua gimana Tik?” tunjuk Alim menuju Tikno.
Mengetahui Tikno ditunjuk, Rahayu langsung memansang ekspresi wajah tidak nyaman.
“Ya sudah, kita lihat saja nanti siapa yang jadi,” tandas Farid.
***
Tampak remaja Masjid sedang sibuk dilingkungan Masjid Taqwa, Masjid Taqwa yang terletak di Desa Jatinegara bisa dikatakan Masjid Kecamatan. Di lingkungan tersebut terdapat sejumlah ruangan yang terbentuk dengan dinding papan. Juga terdapat lapangan basket persis di belakang masjid.
Waktu terus bergulir dalam hitungan puluhan menit.
Perlahan namun pasti. Serambi Masjid mulai dipadati oleh remaja dengan latar belakang berbeda. Mulai dari pelajar, remaja biasa, adapula mahasiswa. Asal muasal mereka dalam status lokasi tergolong berbeda. Ada yang berasal dari pegunungan, ada yang dari perkotaan, ada juga yang lokasi rumah mereka berada ditengah-tengah sawah persis.
Seolah hari ini lingkungan Masjid Taqwa menggiring sejumlah pemuda yang ada di Kecamatan Sempor dari sekian banyak yang ada. Seperti magnet yang menyedot benda-benda tertentu. Dimana akan diadakan reorganisasi kepengurusan ikatan remaja masjid yang disingkat dengan ‘RIMAS’.

Mulailah nampak papan tulis kecil berada didepan mereka semua, disitu terdapat pemandu yang siap untuk memulai acara reorganisaisi. Sejenak terjadi negoisasi untuk mencari kandidat. Akhirnya terpilihlah lima kandidat untuk dijadikan calon ketua, guna mengetuai beberapa pengurus pengajian se Kecamatan Sempor satu tahun kedepan.
Akhirnya, terpilihlah Rohim sebagai ketua umum. Dia pun langsung merekrut Arya sebagai wakil, Rahayu sebagai sekretaris, kemudian Sidik untuk dijadikan bendahara.
Untuk ketua Departemen kaderisasi dan dakwah dipilihnya Farid. Sebagai ketua Departemen kesenian sekaligus olahraga, terpilihlah Dede. Selanjutnya, dipilih ketua Departemen Humas adalah Alim, untuk ketua Departemen pendidikan diserahkan ke Fitri, yang terakhir untuk Departemen peralatan dihibahkan ke Tikno.
Hari itu juga, penyusunan program kerja, bagi tugas, agenda kegiatan, dan seabrek seputar kelanjutan ‘RIMAS’ di bahas sampai tuntas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar