SELAMAT DATANG TEMAN!

Senin, 09 November 2009

Ambisi Thailand


Sebuah peta dunia dalam ukuran besar, lalu gambar panah yang menunjuk kepada belahan benua seperti Europe, Africa, North America, Central America, Middle East, ditambah tulisan kapital berwarna biru “Capital Rice” di atas peta dunia tersebut terpampang megah di gerbang Capital Rice Co Ltd, sebuah kilang padi terkemuka di Thailand. Hal itu sudah cukup untuk menggambarkan betapa ambisiusnya imperium bisnis yang dibangun oleh salah satu kilang padi terbesar di negeri Gajah Putih tersebut. Capital Rice Co Ltd yang berlokasi di sebelah utara Bangkok, mulai beroperasi pada tahun 1997 dengan kapasitas produksi 200 ton/jam dan memiliki 400 truk untuk membeli beras dari kilang-kilang padi di berbagai tempat.

Teknologi modern
Melihat setiap unit yang ada di kilang padi tersebut meliputi packaging, polishing, control panel gudang, dan quality control menunjukkan betapa modernnya teknologi yang digunakan. Komputerisasi dan digital adalah bagian penting yang mengontrol semua aktivitas pabrik untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. Contohnya saja di ruang contoh panel gudang, operator cukup mengamati kode-kode bin (tempat penyimpanan beras sebelum di packing) yang berwarna-warni untuk melihat apakah bin tersebut sudah penuh, setengah penuh atau sudah dikirim ke unit packing.

Walaupun sudah menggunakan teknologi modern, namun tenaga manusia masih diandalkan dalam mengamati kualitas beras yang dibeli dari kilang-kilang padi kecil. Setiap beras yang masuk akan diambil sampelnya, kemudian diteliti kualitasnya dengan mengukur panjang beras, warna, kepatahan, dan lain-lain sebelum diproses lebih lanjut.

Memberi makan dunia
Saat ini, Capital Rice sudah mendapatkan beberapa sertifikasi penting seperti HACCP, ISO 9002, dan Best Export Award pada tahun 2007 dari Perdana Menteri Thailand. Tahun lalu, perusahaan berhasil mengekspor 1,8 juta metrik ton beras ke beberapa Negara di Afrika, Eropa, Asia, Timur Tengah, Pasifik, Kanada, dan Amerika. Dengan kenyataan demikian, maka tidak terlalu berlebihan jika moto perusahaan adalah “We feed the world (kami memberi makan dunia)”.

Perusahaan yang mempekerjakan 300 orang juga memberikan perhatian khusus terhadap kualitas tenaga kerja melalui pelatihan-pelatihan. Perusahaan sedang terlibat proyek UN, yaitu Integrated Commodities Managament (ICM). Proyek ini berusaha meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia dalam setiap aktivitas perusahaan terutama untuk perawatan gudang penyimpanan. Proyek ini akan memberikan manfaat besar bagi kesehatan para pekerja sekaligus bisa meningkatkan kualitas beras yang dihasilkan. Tidak aneh ketika semua mesin dan peralatan pabrik bersih, tidak terlihat kotor atau debu tebal yang menempel.

Saya sangat ingin mengabadikan beberapa bagian penting dari kilang padi ini. Sayangnya saya tidak diperkenankan untuk membawa kamera ketika berkeliling kilang padi mereka. Saya masih belum bisa mengerti kenapa tak boleh mengambil gambar. Takut disangka metode mereka akan tercuri? Entahlah.

Pengekspor beras terbesar
Tatkala menyusuri pelabuhan dekat unit pengepakan beras, terlihat sebuah kapal besar sedang berlabuh di dermaga dekat situ. Jojo, asisten manager, yang mendampingi kami mengatakan bahwa kapal itu akan mengangkut 12.000 ton beras untuk diekspor ke Dubai. Sedikitnya, mereka butuh tiga hari untuk mengisi kapal tersebut dengan sejumlah beras yang bakal diekspor. Tentu bisa Anda bayangkan seperti apa ekspor beras Thailand. Itu baru dari satu kilang padi.

Di bagian lain, ada juga kapal kecil yang juga sedang dimuati beras untuk diekspor ke Benin, Afrika. Jadi, di samping Timur Tengah, Afrika adalah tujuan utama ekspor beras Thailand saat ini. Patut dicatat juga, kilang padi di sana tak hanya melulu mengurus bisnis padi. Misalnya Capital Rice Co Ltd ini, perusahaan di bawah bendera STC Group itu juga memiliki bisnis di bidang pabrik tapioka, pakan ternak, udang, transportasi, hotel, dan perdagangan umum lainnya. Bukan main.

Dengan kenyataan demikian, tidaklah salah jika Thailand menjadi negara pengekspor beras terbesar saat ini. Mereka berhasil memanfaatkan segala potensi alam yang dimiliki sekaligus memastikan investasi besar di sektor hilir. Wacana pemerintah kita untuk mulai membuka kran ekspor beras tentu menjadi hal menarik untuk terus dicermati. Catatan dari kegiatan “Workshop Rice Value Chain” di Bangkok, Thailand, 1-20 Juli 2009, itu mengilhami saya mengajukan sebuah pertanyaan besar: Mungkinkah suatu saat kita mengikuti jejak negara tetangga kita sebagai pengekspor beras terbesar? Wallahu’alam bisshawab.


* Penulis adalah Staff Mercy Corps Aceh untuk program Rice Markets Development.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar